Mencoba memahami isi hati cowok memang bisa jadi tantangan menarik. Namun, tak jarang juga terasa menjengkelkan, dan bahkan bisa membuat cewek merasa stres dan frustrasi. Tak habis-habisnya cewek melontarkan banyak pertanyaan mengenai cowok.
Sebenarnya, cowok itu tidak serumit yang dipikirkan. Begitulah yang dikatakan oleh Deborah Tannen, penulis buku The Argument Culture: Stopping America’s War of Words, ”Isi hati cowok memang tak mudah ditebak. Cewek harus pintar-pintar membaca pikiran mereka dan menerjemahkannya dengan cermat.”
10 fakta di bawah ini mungkin bisa membantu Anda menelaah hati si dia.
1.Tidak semua cowok memiliki keinginan yang sama. Namun, ada tujuh hal mendasar yang bisa membuat mereka senang, yaitu makanan, seks, uang, kendaraan keren, minuman, tidur cukup, dan tidak sering diomeli pacar.
2. Kesetiaan dan cowok memang nyaris tidak bisa disatukan. Sulit sekali bagi cowok untuk setia terhadap kekasihnya. Namun, bukan berarti mereka tidak berusaha. Ada juga, sih, yang berhasil tetap setia, walaupun jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
3. Pacar suka melirik cewek lain? Tak usah sakit hati. Itu, sih, biasa! Hukum alamnya memang seperti itu. Tapi, lirikan matanya tak mengurangi cintanya pada Anda, kok. Hampir semua cowok mempunyai fantasi tentang cewek lain. Tapi, Anda juga sering melakukan hal yang sama, kan?
4. Cowok kesal sekali saat mereka menyadari telah melakukan kesalahan. Untuk memenuhi ego mereka, tak ada salahnya Anda -sesekali saja- berpura-pura tidak melihat kesalahan mereka.
5. Gairah cinta cowok selalu lebih besar dibandingkan dengan cewek. Jangan percaya kalau mereka menyangkalnya. Ketika cowok sedang bergairah atau sedang ingin menyalakan gairah cintanya, mereka terkadang melakukan hal-hal di luar dugaan. Ssst… fakta ini adalah rahasia terbesar mereka.
6. Cowok selalu ingin bersama cewek yang mampu membuatnya merasa ‘jantan’. Sesekali, mintalah bantuan tenaganya untuk mengangkat koper besar dari atas lemari Anda.
7. Cowok akan takluk pada cewek yang mau memahami seluk-beluk cowok sedikit demi sedikit, seiring berjalannya waktu. Kalau begitu, tak perlu tergesa-gesa ingin memilikinya. Pendekatan awal sangat penting bagi cowok.
8. Setiap cowok akan percaya pada pujian yang dilontarkan setiap cewek. Nah, untuk mendapatkan hatinya, sering-seringlah memujinya. Tidak ada ruginya, ‘kan? Sebaliknya cowok paling sebal kalau dikritik di depan umum ataupun secara pribadi, tak peduli dikritik oleh sang kekasih atau teman cowoknya.
9. Semakin dipaksa untuk melakukan sesuatu, cowok justru akan ngambek. Cobalah merayunya atau memberi iming-iming berupa kecupan, pasti, deh, mereka akan segera melakukannya. Anda tak perlu meminta lagi.
10. Cowok paling tak tahan menyimpan rahasia. Tapi, cewek juga begitu, ‘kan?
Senin, 13 Juni 2011
apa yang aku cari
bukan waktu yang singkat aku disini
tak terhitung purnama yang telah ku lewati dikota ini
saatnya untuk aku terjaga dari semua yang aku rasa
saatnya untuk aku bangkit menggapai semua impianku selama ini
esok,aku tidak lagi bisa melihatmu
mungkin lusa nanti, aku pergi dari kotamu
saat ini, hanya untaian rindu yang ku lukiskan dalam barisan kata
aku tak berharap untuk kau mengerti
aku juga tak berharap untuk kau rindukan
ku akan langkahkan kaki dengan semangat yang membakarku
akan ku kalahkan semua raguku
bukan untuk penuhi janji padamu
bukan pula untuk mengharapkan dirimu
aku lakukan ini demi hidupku
demi sebuah impian ku
mulai sekarang jangan lagi ada takut tuk dekat denganku
sebelum kau merasa hina untuk dekat denganku
aku yang akan menjauh
jauh seperti angin yang membawa terbang anganku untukmu
selamat tinggal,,mungkin itu kata yang ku ucap
tapi tak akan ku ucapkan
aku pergi bukan untuk meninggalkan semua kenanganku disini
aku pergi untuk mencari kenangan yang baru
ditempat yang baru
di kota yang baru
di mana aku bisa merasa suasana baru
tak terhitung purnama yang telah ku lewati dikota ini
saatnya untuk aku terjaga dari semua yang aku rasa
saatnya untuk aku bangkit menggapai semua impianku selama ini
esok,aku tidak lagi bisa melihatmu
mungkin lusa nanti, aku pergi dari kotamu
saat ini, hanya untaian rindu yang ku lukiskan dalam barisan kata
aku tak berharap untuk kau mengerti
aku juga tak berharap untuk kau rindukan
ku akan langkahkan kaki dengan semangat yang membakarku
akan ku kalahkan semua raguku
bukan untuk penuhi janji padamu
bukan pula untuk mengharapkan dirimu
aku lakukan ini demi hidupku
demi sebuah impian ku
mulai sekarang jangan lagi ada takut tuk dekat denganku
sebelum kau merasa hina untuk dekat denganku
aku yang akan menjauh
jauh seperti angin yang membawa terbang anganku untukmu
selamat tinggal,,mungkin itu kata yang ku ucap
tapi tak akan ku ucapkan
aku pergi bukan untuk meninggalkan semua kenanganku disini
aku pergi untuk mencari kenangan yang baru
ditempat yang baru
di kota yang baru
di mana aku bisa merasa suasana baru
Rabu, 08 Juni 2011
SINOPSIS NASKAH DRAMA DOR KARYA PUTU WIJAYA
Sinopsis Naskah Drama Dor Karya Putu Wijaya
Pada suatu malam disaat seorang hakim sedang duduk di kursi sambil menyelonjorkan kakinya. Tiba-tiba lonceng berdentang sekitar lima puluh kali. Mula-mula hanya tempat hakim yang terang, tidak lama kemudian setelah lonceng berhenti, lampu tampak terang di tempat pelayan itu berada. Pelayan itu membawa banyak koran dan surat-surat yang akan segera ia baca untuk pak hakim. Setelah membaca beberapa koran pelayan menawarkan beberapa jenis minuman kepada pak hakim, diantaranya : kopi, madu, atau susu. Tetapi pak hakim justru lebih memilih remason (sejenis balsem), setelah mengambil remason untuk pak hakim pelayan itu dengan sigap mengurut pundak pak hakim. Sementara itu pak hakim terus saja membaca surat-surat yang dibawa oleh pelayan tadi. Saat itu juga terdengar suara-suara hiruk-pikuk dan pelayan segera menenangkan suara-suara itu. Ternyata suara-suara itu berasal dari bebrapa orang tamu yang memiliki keperluan terhadap pak hakim malam itu. Sesaat setelah tamu itu dan pak hakim berbincang, tiba-tiba pak hakim tampak gelisah dan meminta pelayan untuk memijit punggungnya. Lalu pelayan mengusir tamu itu untuk pergi dan segera meninggalkan kediaman pak hakim.
Drama ini menceritakan serta menjelaskan bagaimana hukum dan keadilan adalah dua hal yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam drama ini dua hal tersebut (hukum dan keadilan) diangkat menjadi sebuah tema yang dilematis, betapa sulitnya mencari keadilan. Betapa sulit mengungkapkan bahwa yang salah itu salah dan yang benar itu benar, bahkan untuk mengungkapkannya terkadang harus mengorbankan jati diri seorang manusia.
analisis puisi SELAMAT TINGGAL berdasarkan ketidaklangsungan Riffaterre
‘Selamat Tinggal’
Chairil Anwar
Aku berkaca
Ini muka penuh luka
Siapa punya?
Kudengar seru menderu
-dalam hatiku?-
Apa hanya angin lalu?
Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta
Ah…..!!
Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal…..!!
Selamat tinggal……!!
Analisis Puisi ‘Selamat Tinggal’ Berdasarkan Ketidaklangsungan Ekspresi Riffaterre.
Penggantian arti
Tejadinya penggantian arti karena digunakannya bahasa kiasan di dalam karya sastra. Kata-kata yang digunakan oleh puisi itu mengganti makna yang lain. Seperti penggunaan majas metafora, metonimia, personifikasi, dan lain-lain.
Dalam Puisi Selamat Tinggal, penggantian arti dapat ditemukan pada baikt ke II baris pertama dan kedua Ini muka penuh luka, Siapa punya ? ini muka penuh luka adalah metafora dalam baris tersebut, karena bermakna sesuatu yang tidak lagi indah, siapa punya ? bermakna kebimbangan bahwa sesuatu yang tidak lagi indah itu milik siapa?
Pada bait ke III kudengar seru menderu, dalam hatiku ? maksudnya adalah tokoh aku sedang mengalami kebimbangan akan apa yang ia rasakan sebenarnya.
Pada bait ke VI segala menebal, segala mengental segala tak kukenal…!! Selamat tinggal, dalam baris ini menggunakan paralelisme (gaya bahasa penegasan yabg berupa pengulangan kata pada baris). Hal tersebut bermakna bahwa semuanya telah menyatu menjadi satu dan tak dikenali lagi oleh si aku dan ia mengucapkan selamat tinggal untuk semua yang tidak dikenali itu.
analisis puisi CINTAKU JAUH DI PULAU berdasarkan strata norma
Definisi lapis bunyi, lapis arti, dan unsure intrinsic dan ekstrinsik puisi.
1. Lapis norma pertama adalah norma lapis bunyi. Bila orang membaca puisi (karya sastra), yang terdengar adalah rangkaian bunyi yang dibatasi oleh jeda pendek, agak panjang, dan panjang. Akan tetapi, suara itu bukan hanya bunyi tanpa arti. Sesuai dengan konvensi bahasa, bunyi itu disusn sedemikian rupa hingga menimbulkan arti berdasarkan konvensi. Dengan adanya satuan-satuan suara, orang menangkap artinya. Maka, lapis bunyi itu menjadi dasar timbulnya lapis arti.
2. Lapis norma kedua adalah norma lapis arti . Lapis arti berupa rangkaian fonem, suku kata, kelompok kata (frase), dan kalimat. Semuanya itu merupakan satuan-satuan arti. Akan tetapi, dalam karya sastra yang merupakan satuan minimum arti adalah kata. Kata dirangkai menjadi kelompok kata dan kalimat. Kalimat-kalimat berangkai menjadi alinea, bab, dan keseluruhan cerita ataupun keseluruhan sajak. Rangkaian satuan-satuan arti itu menimbulkan lapis ketiga, yaitu objek-objek yang dikemukakan, pelaku, latar, dan semuanya itu berangkai menjadi dunia pengarang berupa cerita, lukisan, ataupun pernyataan.
3. Rangkaian satuan-satuan arti tersebut menimbulkan lapis ketiga berupa unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi, misalnya latar, pelaku, lukisan-lukisan, objek-objek yang dikemukakan, makna implisit, sifat-sifat metafisis, dunia pengarang dan sebagainya.
Contoh analisis puisi (karya sastra) berdasarkan Strata Norma, adalah :
CINTAKU JAUH DI PULAU
(Chairil Anwar)
Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
Angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air yang terang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertahta, sambil berkata :
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa ajal memanggil dulu
sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri
(Chairil Anwar)
Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
Angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air yang terang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertahta, sambil berkata :
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa ajal memanggil dulu
sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri
1. Analisis lapis pertama
Pembahasan lapis bunyi hanyalah ditujukan pada bunyi-bunyi yang bersifat “istimewa” atau khusus, yaitu bunyi-bunyi yang dipergunakan untuk mendapatkan efek puitis atau nilai seni. Misalnya pada baris pertama puisi di atas ada asonansi a dan u; di baris kedua ada aliterasi s (gadis manis sekarang iseng sendiri). Demikian juga pada bait kedua ada asonansi a (melancar – memancar – si pacar – terang – terasa); dan ada pula aliterasi l dan r (melancar – bulan memancar – laut terang – tapi terasa).
Kecuali asonansi dan aliterasi, terdapat pula rima teratur yang digarap dengan sangat mengesankan oleh Chairil Anwar. Bait 1 dan bait terakhir mempunyai rima yang sama (a b), yang nampaknya mengapit bait-bait di antaranya yang berpola rima a a – bb. Rima konsonan memancar – si pacar dipertentangkan dengan rima terasa – padanya yang merupakan bunyi vokal. Rima kutempuh – merapuh (konsonan) dipertentangkan dengan rima vokal dulu – cintaku.
Rima yang berupa asonansi dan aliterasi pada puisi di atas berfungsi sebagai lambang rasa (klanksymboliek) sehingga menambah keindahan puisi dan memberi nilai rasa tertentu.
Asonansi
Pengulangan bunyi vokal pada sebuah baris yang sama.
Aliterasi
1. Pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan.
2. Sajak/rima awal.
2. Analisis lapis kedua
Dalam kegiatan menganalisis arti, kita berusaha memberi makna pada bunyi, suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, bait, dan pada akhirnya makna seluruh puisi. Sebagai contoh, berikut ini adalah analisis makna per kalimat, per bait dan akhirnya makna seluruh puisi ‘Cintaku Jauh di Pulau’.
Bait I
Cintaku jauh di pulau berarti kekasih tokoh aku berada di pulau yang jauh. Gadis manis sekarang iseng sendiri artinya sang kekasih tersebut adalah seorang gadis yang manis yang menghabiskan waktu sendirian (iseng) tanpa kehadiran tohoh aku.
Bait II
Si tokoh aku menempuh perjalanan jauh dengan perahu karena ingin menjumpai kekasihnya. Ketika itu cuaca sangat bagus, namun hati si aku merasa gundah karena rasanya ia tak akan sampai pada kekasihnya.
Bait III
Menceritakan perasaan si aku yang semakin sedih karena walaupun air terang, angin mendayu, tetapi pada perasaannya ajal telah memanggilnya (Ajal bertahta sambil berkata : “Tujukan perahu ke pangkuanku saja”).
Bait IV
Menunjukkan si aku putus asa. Demi menjumpai kekasihnya ia telah bertahun-tahun berlayar, bahkan perahu yang membawanya akan rusak, namun ternyata kematian menghadang dan mengakhiri hidupnya sebelum ia bertemu dengan kekasihnya.
Bait V
Merupakan kekhawatiran si tokoh aku tentang kekasihnya, bahwa setelah ia meninggal, kekasihnya itupun akan mati juga dalam penantian yang sia-sia.
Setelah kita menganalisis makna tiap bait, kita pun harus sampai pada makna lambang yang diemban oleh puisi tersebut. Kekasih tokoh aku adalah kiasan dari cita-cita si aku yang sukar dicapai. Untuk meraihnya si aku harus mengarungi lautan yang melambangkan perjuangan. Sayang, usahanya tidak berhasil karena kematian telah menjemputnya sebelum ia meraih cita-citanya.
3. Analisis lapis ketiga (objek-objek, latar, pelaku, ‘dunia pengarang’ dan lain-lain)
Lapis arti menimbulkan lapis ketiga berupa objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku, ‘dunia pengarang’, makna implisit, dan metafisis.
Pada puisi ‘Cintaku Jauh di Pulau’, objek yang dikemukakan adalah cintaku, gadis manis, laut, pulau, perahu, angin, bulan, air laut, dan ajal. Pelaku atau tokohnya adalah si aku , sedang latarnya di laut pada malam hari yang cerah dan berangin.
Jika objek-objek, latar, dan pelaku yang dikemukakan dalam puisi digabungkan, maka akan menghasilkan ‘dunia pengarang’ atau isi puisi. Ini merupakan dunia (cerita) yang diciptakan penyair di dalam puisinya.
Contoh, berdasarkan puisi ‘Cintaku Jauh di Pulau’ kita dapat menuliskan ‘dunia pengarang’ sebagai berikut :
Kekasih tokoh aku (gadis manis) berada di suatu tempat yang jauh. Karena ingin menemuinya, pada suatu malam ketika bulan bersinar dan cuaca bagus, si aku berangkat dengan perahu. Akan tetapi, walaupun keadaan sangat baik untuk berlayar (laut terang, angin mendayu), namun si aku merasa ia tak akan sampai pada kekasihnya itu. Pelayaran selama bertahun-tahun, bahkan sampai perahunya akan rusak, nampaknya tidak akan membuahkan hasil karena ajal lebih dulu datang. Ia membayangkan, setelah ia mati kekasihnya juga akan mati dalam kesendirian.
Ada pula makna implisit yang walaupun tidak dinyatakan dalam puisi namun dapat dipahami oleh pembaca. Misalnya kata ’gadis manis’ memberi gambaran bahwa pacar si aku ini sangat menarik.
Dalam puisi tersebut terasa perasaan-perasaan si aku : senang, gelisah, kecewa, dan putus asa.
Kecuali itu ada unsur metafisis yang menyebabkan pembaca berkontemplasi. Dalam puisi di atas, unsur metafisis tersebut berupa ketragisan hidup manusia, yaitu meskipun segala usaha telah dilakukan disertai sarana yang cukup, bahkan segalanya berjalan lancar, namun manusia seringkali tak dapat mencapai apa yang diidam-idamkannya karena maut telah menghadang lebih dahulu. Dengan demikian, cita-cita yang hebat dan menggairahkan akan sia-sia belaka.
Setelah kita menganalisis makna tiap bait, kita pun harus sampai pada makna lambang yang diemban oleh puisi tersebut. Kekasih tokoh aku adalah kiasan dari cita-cita si aku yang sukar dicapai. Untuk meraihnya si aku harus mengarungi lautan yang melambangkan perjuangan. Sayang, usahanya tidak berhasil karena kematian telah menjemputnya sebelum ia meraih cita-citanya.
3. Analisis lapis ketiga (objek-objek, latar, pelaku, ‘dunia pengarang’ dan lain-lain)
Lapis arti menimbulkan lapis ketiga berupa objek-objek yang dikemukakan, latar, pelaku, ‘dunia pengarang’, makna implisit, dan metafisis.
Pada puisi ‘Cintaku Jauh di Pulau’, objek yang dikemukakan adalah cintaku, gadis manis, laut, pulau, perahu, angin, bulan, air laut, dan ajal. Pelaku atau tokohnya adalah si aku , sedang latarnya di laut pada malam hari yang cerah dan berangin.
Jika objek-objek, latar, dan pelaku yang dikemukakan dalam puisi digabungkan, maka akan menghasilkan ‘dunia pengarang’ atau isi puisi. Ini merupakan dunia (cerita) yang diciptakan penyair di dalam puisinya.
Contoh, berdasarkan puisi ‘Cintaku Jauh di Pulau’ kita dapat menuliskan ‘dunia pengarang’ sebagai berikut :
Kekasih tokoh aku (gadis manis) berada di suatu tempat yang jauh. Karena ingin menemuinya, pada suatu malam ketika bulan bersinar dan cuaca bagus, si aku berangkat dengan perahu. Akan tetapi, walaupun keadaan sangat baik untuk berlayar (laut terang, angin mendayu), namun si aku merasa ia tak akan sampai pada kekasihnya itu. Pelayaran selama bertahun-tahun, bahkan sampai perahunya akan rusak, nampaknya tidak akan membuahkan hasil karena ajal lebih dulu datang. Ia membayangkan, setelah ia mati kekasihnya juga akan mati dalam kesendirian.
Ada pula makna implisit yang walaupun tidak dinyatakan dalam puisi namun dapat dipahami oleh pembaca. Misalnya kata ’gadis manis’ memberi gambaran bahwa pacar si aku ini sangat menarik.
Dalam puisi tersebut terasa perasaan-perasaan si aku : senang, gelisah, kecewa, dan putus asa.
Kecuali itu ada unsur metafisis yang menyebabkan pembaca berkontemplasi. Dalam puisi di atas, unsur metafisis tersebut berupa ketragisan hidup manusia, yaitu meskipun segala usaha telah dilakukan disertai sarana yang cukup, bahkan segalanya berjalan lancar, namun manusia seringkali tak dapat mencapai apa yang diidam-idamkannya karena maut telah menghadang lebih dahulu. Dengan demikian, cita-cita yang hebat dan menggairahkan akan sia-sia belaka.
LINGUISTIK BANDINGAN HISTORIS, menganalisis kekerabatan bahasa bugis dan makassar
NO | BAHASA INDONESIA | BAHASA BUGIS BONE | BAHASA MAKASSAR | KET. |
1 | Makan | Manre | Nganre | * |
2 | Tidur | Matinro | Attinro | * |
3 | Minum | Minung | Nginung | * |
4 | Jalan | Jokka | Jappa | ** |
5 | Baju | Waju | Baju | * |
6 | Celana | Sulara | Saluara | * |
7 | Meja | Mejang | meja | * |
8 | Kursi | Kadera | Kadera | * |
9 | Air | Wae | Je’ne | ** |
10 | Pendek | Mapance | Bodo | * |
11 | Panjang | Malampe | La’bu | * |
12 | Tinggi | Matanre | Tinggi | ** |
13 | Lemari | Lemari | Lamari | * |
14 | Tas | Tase | Tas | * |
15 | Buku | Bo’bo | Buku | * |
16 | Piring | Penne | Panne | * |
17 | Sepatu | Sapatu | Sapatu | * |
18 | Sendal | Sandala | Sandala | * |
19 | Sepatu | Sapatu | Sapatu | * |
20 | Kasur | Kasoro | Kasoro | * |
21 | Lombok | Ladang | Lada | * |
22 | Mandi | Cemme | A’je’ne | ** |
23 | Sumur | Bujung | Bubung | * |
24 | Menangis | Kerlla’ | Ngarru | ** |
25 | Orang | Tau | Tau | * |
26 | Tangan | Jari | Limang | * |
27 | Kaki | Aje | Bangkeng | ** |
28 | Kepala | Ulu | Ulu | * |
29 | Telinga | Dacculing | Toling | ** |
30 | Hidung | Ingnge’ | Ka’murung | ** |
31 | Mulut | Timu | Bawa | ** |
32 | Rambut | Gemme’ | U’ | ** |
33 | Ketiak | Alepa’ | Kalepa’ | * |
34 | Sarung | Lipa’ | Lipa’ | * |
35 | Ayam | Manu’ | Jangang | ** |
34 | Semut | Bere-bere | Kaluara | ** |
35 | Pedas | Mapesse | Passe | * |
36 | Manis | Macenning | Tanning | * |
37 | Sayur | Kaju | Gangang | ** |
38 | Ikan | Bale | Juku | ** |
39 | Rumah | Bola | Balla’ | ** |
40 | Cermin | Camming | Carammeng | * |
41 | Hidup | Tuo | Tallasa’ | ** |
42 | Gelang | Potto | Ponto | * |
43 | Emas | Ulaweng | Bulaeng | * |
44 | Uang | Doi | Doe | * |
45 | Nasi | Nanre | Kanre | * |
46 | Mangga | Pao | Taipa | ** |
47 | Tomat | Lambace | Tammate | ** |
48 | Merica | Barica | Marica | * |
49 | Asam | Cempa | Camba | ** |
50 | Hujan | Bosi | Bosi | * |
51 | Jalan | Jokka | Jappa | ** |
52 | Kunci | Goncing | Konci | ** |
53 | Memasak | Mannasu | Appallu | ** |
54 | Menggoreng | Massanggara | Anynyanggara | * |
55 | Pisang | Utti | Unti | * |
56 | Beras | Were’ | Berasa | ** |
57 | Kelapa | Kaluku | Kaluku | * |
58 | Nama | Aseng | Areng | * |
59 | Belimbing | Benang | Bainang | * |
60 | Ular | Ula’ | Ulara’ | * |
61 | Anjing | Asu | Kongkong | ** |
62 | Monyet | Lanceng | Dare’ | ** |
63 | Bantal | Angkalullung | Pa’lungang | ** |
64 | Kamar | Kamara’ | Kamara’ | * |
65 | Pasar | Pasa’ | Pasara | * |
67 | Keranjang | Karanjeng | karanjeng | * |
68 | Tangga | A’deneng | Tuka’ | ** |
69 | Nakal | Mabenna’ | Banna’ | * |
70 | Mobil | Oto | Oto | * |
71 | Motor | Motoro | Motoro | * |
72 | Kue | Beppa | Kanrejawa | ** |
73 | Lari | Lari | Lari | * |
74 | Sampah | Roppo’ | Loro | ** |
75 | Pegang | Katenning | Ti’gala | ** |
76 | Karet | Getta | Gatta | * |
77 | Cincin | Ciccing | Cincing | ** |
78 | Sisir | Jakka | Jangka | * |
79 | Dandan | Mammode | A’mode | * |
80 | Pengantin | Botting | Bunting | * |
81 | Orangtua | Tomatoa | Totoa | * |
82 | Baskom | Katoang | Katoang | * |
83 | Botol | Botolo | Botolo | * |
84 | Dinding | Renring | Rinring | * |
85 | Pintu | Tange’ | Pakke’bu | ** |
86 | Sendok | Sinru’ | Si’ru | * |
87 | Satu | Se’di | Se’re | ** |
88 | Tiga | Tellu | Tallu | * |
89 | Empat | Eppa’ | Appa’ | * |
90 | Enam | Enneng | Annang | * |
91 | Delapan | Arua | Sangantuju | ** |
92 | Sembilan | Asera | Salapang | * |
93 | Sepuluh | Seppulo | Sampulo | * |
94 | Pintar | Macca | Cara’de | ** |
95 | Bodoh | Dongo’ | Tolo’ | * |
96 | Permen | Golla-golla | Golla-golla | * |
97 | Jongkok | Maccekkeng | Accengke | * |
98 | Berdiri | Tettong | Menteng | ** |
99 | Kunci | Goncing | Konci | * |
100 | Gembok | Reppo-reppo | Rappo-rappo | * |
Langganan:
Postingan (Atom)